ayokepariaman.id – Anda orang Pariaman? Atau bukan orang Pariaman namun pernah datang ke Pariaman? Pernahkah terbersit tanya di fikiran Anda, kenapa daerah nan elok alam dan potensi wisatanya ini dinamai Pariaman? Jika pernah, izinkan ayokepariaman.id mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut Bagindo Imam Maaz, kota yang dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 2002 ini dinamakan Pariaman karena berasal dari kata “Parik nan aman”. Parik nan aman maksudnya adalah pelabuhan nan aman. Karena kapal-kapal pedagang yang memuat hasil bumi yang singgah di pelabuhan Pariaman, berlabuh dengan aman. Seperti diketahui, Pariaman merupakan penghasil lada, kopi, dan pinang. Ketiga jenis tanaman ini menjadi incaran kapal-kapal dagang dari berbagai belahan dunia.
Lain menurut Bagindo Imam Maaz, lain pula menurut Tambo Minang. Dalam Tambo diceritakan bahwa, orang Minangkabau awalnya turun dari gunung Merapi. Kemudian menyebar ke berbagai daerah di Ranah Minang termasuk ke daerah rantau pesisir seperti Pariaman. Dapat dibayangkan, betapa lebatnya hutan rimba yang harus dilalui. Banyak binatang buas seperti harimau, ular, dan hewan buas lainnya. Namun seorang Datuak (kepala rombongan) mengatakan “pokoknyo, sia nan ai jo den, aman!” (siapa yang ikut dengan saya akan aman/selamat).
Pernyataan sia nan pai aman ini selalu disampaikan setiap ada yang mau ikut bergabung dalam rombongan untuk mencari daerah baru, namun ragu akan keselamatan di jalan. Setelah melalui perjalanan dari lereng Gunung Merapi, sampailah rombongan di suatu daerah pinggir pantai. Mereka berhenti dan mendirikan pemukiman di sana. Kemudian mereka sepakat untuk menamakan tempat baru itu Paiaman, Piaman, dan terakhir lebih dikenal dengan Pariaman.
Prof. Hamka menyebutkan, nama Pariaman berasal dari kata “Barri Aman” yang artinya “tanah daratan yang amat sentosa”. Boleh jadi nama tersebut ada benarnya. Mengingat entrepot (pelabuhan-gudang) Pariaman sudah lama menjadi pelabuhan penyalur ke luar, emas dari pedalaman.
Sedangkan dalam sebagian literatur Belanda, Pariaman ditulis “Priaman”. Bahkan stasiun kereta api di Pantai Gandoriah pun tertulis Priaman. Karena perubahan dialek, huruf r-nya tidak terbaca, sehingga sebagian orang menyebutnya dengan Piaman. Boleh jadi kata Pariaman berasal dari sini.
Nah, itulah beberapa versi asal kata Pariaman untuk menamai Kota Tabuik ini, yang kami rangkum dari buku “Kota Pariaman Dulu, Kini, dan Masa Depan (2006)” tulisan Bagindo Armaidi Tanjung. Silahkan yakini yang menurut Anda paling benar. (*)